728x90 AdSpace

­Top Banner Advertisement
Latest News
Selasa, 29 April 2014

Mengenal Sejarah dan Proses Pembuatan Kain Sutera di Dunia

Ulat Sutera

Sutera merupakan serat protein alami yang beberapa jenisnya dapat ditenun menjadi tekstil. Jenis sutera yang paling dikenal adalah sutera yang diperoleh dari kepompong yang dihasilkan larva ulat sutera kertau ( Bombyx mori ) yang diternak (serikultur). Rupa sutera yang berkemilau disebabkan karena strukturnya yang menyerupai prisma segitiga di dalam serat sehingga memungkinkan kain sutra membiaskan cahaya ke berbagai sudut.

Awal Mula Sutera

Menurut tradisi Cina, sejarah sutera telah dimulai sejak abad ke-27 SM. Pada saat itu penggunaannya terbatas hanya untuk negeri Cina, hingga Jalur Sutra dibuka di beberapa titik selama paruh kedua milenium pertama SM.
Hingga seribu tahun kedepan, monopoli atas sutera masih dikuasai China. Pada saat itu kegunaan sutra tidak hanya terbatas pada pakaian, namun telah digunakan untuk sejumlah aplikasi lain seperti tulisan.

Budidaya sutera menyebar ke Jepang sekitar 300M. Sekitar 522 Bizantium berhasil memperoleh telur ulat dan mulai mampu membudidayakan ulat sutera. Orang-orang Arab juga mulai memproduksi sutera dalam kurun waktu yang sama. Sebagai hasil dari penyebaran Sericulture, ekspor sutera di Cina menjadi sedikit berkurang, namun mereka masih mendominasi pasar sutra mewah.

Kepompong ulat Sutera

Saat Perang Salib, produksi sutra dibawa ke Eropa Barat, khususnya ke negara Italia. Banyak yang melihat ekspor sutera ke seluruh Eropa sebagai peluang yang menjanjikan karena dapat meningkatkan perekonomian.

Selama abad pertengahan, perubahan teknik manufaktur juga mulai terjadi. Dari yang sebelumnya menggunakan alat primitif, berubah menggunakan alat pemintal semacam roda berputar yang pertama kali muncul. Pada abad ke-16 Perancis dan Italia berhasil mengembangkan perdagangan sutera, saat itu justru banyak negara-negara lain yang tidak berhasil mengembangkan industri sutera.

Revolusi Industri banyak mengubah industri sutera di Eropa. Karena inovasi dalam pemintalan kapas saat itu menjadi jauh lebih murah dalam memproduksi dan karena itu menyebabkan produksi sutera lebih mahal. Teknologi tenun baru telah meningkatkan efisiensi produksi. Salah satu diantaranya adalah mesin tenun Jacquard yang dikembangkan untuk bordir sutera.

Kain Olahan Sutera

Perjalanan panjang sejarah sutera sempat terhenti. Sebab, sebuah wabah penyakit ulat sutera terjadi dan berakibat pada menurunnya produksi sutera, terutama di Perancis, di mana industri sutera tidak dapat ditemukan. Pada abad ke-20 Jepang dan Cina kembali berperan untuk memproduksi sutera. Dan kini, Cina merupakan produsen sutera terbesar didunia.

Bukti awal ditemukannya sutra terdapat di situs-situs budaya Yangshao di Xia, Shanxi, antara 4000 dan 3000 SM. Di mana kepompong sutra yang ditemukan telah dipotong setengah menggunakan pisau tajam. Spesies ini diidentifikasi sebagai Bombyx mori, yakni ulat sutra yang dipelihara. Bukti dari alat tenun primitif juga bisa dilihat dari situs-situs budaya Hemudu di Yuyao, Zhejiang, pada periode sekitar 4000 SM. Isi Forum sutra ditemukan di sebuah budaya Liangzhu di situs Qianshanyang di Huzhou, Zhejiang, pada periode 2700 SM. Bukti lainnya juga ditemukan dari makam kerajaan di Dinasti Shang (1600-1046 SM).

Mitologi Sutera
Tulisan-tulisan Konfusius dan tradisi Cina menceritakan bahwa pada abad ke-27 SM sebuah kepompong ulat sutra tak sengaja jatuh ke dalam cangkir teh milik seorang permaisuri bernama Leizu. Mengharapkan khasiat karena meminumnya, gadis muda berusia empat belas ini mulai membuka gulungan benang kepompong. Si gadis kemudian memiliki ide untuk menenun gulungan benang tersebut. Setelah mengamati kehidupan ulat sutra, suaminya sang Kaisar Kuning merekomendasikannya untuk membudidayakan ulat sutera. Gadis pun mulai menginstruksikan rombongannya untuk membudidayakan ulat sutra itu. Inilah awal mula sang permaisuri dipuja sebagai dewi sutera dalam mitologi Cina.

Cara Pembuatannya


Sutra dihasilkan dari kepompong ulat sutra. Ulat sutra menghasilkan kepompong yg dapat dipintal menjadi serat sutra. Ada ratusan jenis ulat sutra, namun sutra yg terbaik dihasilkan oleh kepompong dri ulat sutra pohon murbei yg memiliki nama ilmiah Bobyx mori.
Induk Sutra dpt menelurkan hingga 500 butir telur ulat sutra seukuran kepala jarum pentul. Setelah sekitar 20 hari, telur trsebut menetas menjadi larva ulat yang sangat kecil.


Larva ulat ini akan memakan daun murbei dgn agresif. Sekitar 18 hari kemudian, ukuran badan larva ulat trsebut membesar 70 kali ukuran tubuh semula serta 4 kali mengganti cangkangnya. Kemudian larva ulat trsebut akan terus membesar hingga beratnya mencapai 10.000 kali berat semula.


Pada saat itu ulat sutera akan berwarna kekuningan dan akan lebih padat. Itulah tanda ulat sutra akan mulai membungkus dirinya dgn kepompong. Kemudian kepompong direbus agar larva ulat didalamnya mati. Krn jika dibiarkan, ulat akan matang lalu menggigiti kepompongnya sehingga tdk bs digunakan lagi.


Setelah ulat mati, serat di kepompong dpt diuraikan menjadi serat sutra yang halus. Satu buah kepompong sutra dapat menghasilkan untaian serat sepanjang 300 meter hingga 900 meter dgn diameter 10 mikrometer (1/1000 MM). Kemudian serat sutra yg halus trsebut dipintal. Serat sutra dipintal dgn proses yg menyerupai proses pada ulat sutra memintal kepompongnya. Proses itulah yg dibuat menjadi pemintalan serat sutera untuk dibuat menjadi kain sutra yg indah. Bahan kain dri sutra inilah yg kemudian dibuat menjadi berbagai produk pakaian maupun produk lainnya.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Mengenal Sejarah dan Proses Pembuatan Kain Sutera di Dunia Rating: 5 Reviewed By: animepedia9