Bayi tabung menjadi salah satu pilihan bagi pasangan yang sulit memiliki momongan. Menjadi solusi di tengah banyaknya pasangan yang telah mencoba teknik pembuahan alami selama belasan tahun, namun belum berhasil memiliki keturunan. Perkembangan teknologi untuk program bayi tabung di Indonesia bisa dikatakan pesat. Bahkan, tingkat keberhasilannya mampu menyamai keberhasilan program bayi tabung di luar negeri yakni 25-35 persen.
Sejarah bayi tabung ini berawal dari upaya untuk mendapatkan keturunan bagi pasangan suami isteri yang mengalami gangguan kesuburan. Sebelum program bayi tabung ditemukan, inseminasi buatan dikenal sebagai metode untuk menyelesaikan masalah tersebut. Inseminasi buatan dilakukan dengan menyemprotkan sejumlah cairan semen suami ke dalam rahim isteri dengan menggunakan bantuan alat suntik. Dengan cara ini sperma diharapkan mudah bertemu dengan sel telur. Sayangnya, tingkat keberhasilan metode inseminasi buatan hanya sebesar 15%.
Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara konvensional/In Vitro Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown membuat program ini semakin diminati oleh negara-negara di dunia. Di Indonesia, sejarah bayi tabung yang pertama dilakukan di RSAB Harapan Kita, Jakarta, pada tahun 1987. Program bayi tabung tersebut akhirnya melahirkan bayi tabung pertama di Indonesia, yakni Nugroho Karyanto pada tahun 1988. Baru setelah itu mulai banyak bermunculan kelahiran bayi tabung di Indonesia. Bahkan jumlahnya sudah mencapai 300 anak.
Kesuksesan program bayi tabung tidak begitu saja memuaskan dunia kedokteran. Upaya untuk mengukir tinta emas sejarah bayi tabung terus berlanjut. Jika selama ini masyarakat hanya mengenal satu teknik proses bayi tabung secara IVF, maka sekarang telah muncul bermacam-macam bayi tabung dengan menggunakan teknik baru yang semakin canggih daripada teknik sebelumnya. Di antaranya adalah Partial Zone Dessection (PZD) dan Subzonal Sperm Intersection (SUZI). Teknik PZD dilakukan dengan menyemprotkan sperma ke sel telur dengan membuat celah pada dinding sel telur terlebih dulu agar memudahkan kontak antara sperma dengan sel telur. Sedangkan pada teknik SUZI, sperma disuntikkan secara langsung ke dalam sel telur. Hanya saja dari sisi keberhasilan, kedua teknik ini dianggap masih belum memuaskan.
Macam-macam bayi tabung selanjutnya adalah dengan menggunakan teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Teknik ini sangat sesuai jika diterapkan pada kasus sperma yang mutu dan jumlahnya sangat minim. Jika pada teknik IVF konvensional membutuhkan 50 ribu-100 ribu sperma untuk membuahi sel telur, maka pada teknik ICSI hanya membutuhkan satu sperma dengan kualitas bagus. Dengan bantuan pipet khusus, sperma kemudian disuntikkan ke dalam sel telur. Langkah selanjutnya juga serupa dengan teknik IVF konvensional.
Menurut dr. Subyanto DSOG dan dr. Muchsin Jaffar DSPK, tim unit infertilitas Melati, RSAB Harapan kita, di Indonesia program bayi tabung dengan menggunakan teknik ICSI sudah mulai dilakukan sejak tahun 1995. Dengan pemakaian teknik tersebut, keberhasilan bayi tabung bisa mencapai 30%-40%.
Sejarah bayi tabung nampaknya tidak akan berhenti sampai di sini. Dunia kedokteran akan terus berusaha mengembangkan berbagai penelitian hingga didapatkan teknik bayi tabung yang bisa memberikan tingkat keberhasilan yang paling memuaskan.
Menurut dr Andon Hestiantoro SpOG, Reproductive Endoctrinology and Infertility Consultant Rumah Sakit Ciptomangunkusumo, usia maksimal wanita yang bisa melakukan program bayi tabung adalah 35 tahun.
Namun, ini bukan aturan kaku karena semua tergantung kondisi sel telurnya. Proses program bayi tabung tidak singkat. Pasangan harus menunggu kurang lebih 10 bulan hingga dapat dipastikan keberhasilannya.
Berikut beberapa tahapan dalam proses bayi tabung:
1. Seleksi pasien. Pada proses ini, tingkat kesuburan Anda dan suami akan dilihat. Anda pun harus menjalani pemeriksaan untuk memastikan kondisi rahim sehat, bebas dari mioma atau kanker, dan tidak mengidap penyakit menular.
2. Merangsang indung telur. Dalam ovulasi alami dibutuhkan hanya satu sel telur. Dalam proses bayi tabung dibutuhkan banyak sel telur untuk dibuahi oleh sperma sehingga dokter dapat memilih embrio yang paling berkualitas untuk dimasukkan kembali ke rahim sang ibu.
3. Pemantauan pertumbuhan folikel (cairan tempat pertumbuhan sel telur) melalui ultrasonografi untuk melihat kematangan sel telur yang akan diambil.
4. Mematangkan sel telur.
5. Pengambilan sel telur dari tubuh ibu.
6. Pengambilan sel sperma suami melalui mansturbasi. Pemilihan sel sperma berkualitas yaitu sperma yang gesit dan berjalan lurus.
7. Pembuahan yang dibantu oleh dokter di laboratorium.
8. Pengembangan menjadi embrio. Embrio terbaik akan dimasukkan kembali ke dalam rahim ibu.
9. Penguatan dinding rahim agar siap menerima kehadiran janin.
10. Embrio yang tersisa akan dibekukan dan disimpan, dan akan kembali dimasukkan ke dalam rahim ibu jika kehamilan gagal terjadi atau untuk kehamilan selanjutnya.
Kehamilan Bayi Tabung
Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara konvensional/In Vitro Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown membuat program ini semakin diminati oleh negara-negara di dunia. Di Indonesia, sejarah bayi tabung yang pertama dilakukan di RSAB Harapan Kita, Jakarta, pada tahun 1987. Program bayi tabung tersebut akhirnya melahirkan bayi tabung pertama di Indonesia, yakni Nugroho Karyanto pada tahun 1988. Baru setelah itu mulai banyak bermunculan kelahiran bayi tabung di Indonesia. Bahkan jumlahnya sudah mencapai 300 anak.
Kesuksesan program bayi tabung tidak begitu saja memuaskan dunia kedokteran. Upaya untuk mengukir tinta emas sejarah bayi tabung terus berlanjut. Jika selama ini masyarakat hanya mengenal satu teknik proses bayi tabung secara IVF, maka sekarang telah muncul bermacam-macam bayi tabung dengan menggunakan teknik baru yang semakin canggih daripada teknik sebelumnya. Di antaranya adalah Partial Zone Dessection (PZD) dan Subzonal Sperm Intersection (SUZI). Teknik PZD dilakukan dengan menyemprotkan sperma ke sel telur dengan membuat celah pada dinding sel telur terlebih dulu agar memudahkan kontak antara sperma dengan sel telur. Sedangkan pada teknik SUZI, sperma disuntikkan secara langsung ke dalam sel telur. Hanya saja dari sisi keberhasilan, kedua teknik ini dianggap masih belum memuaskan.
Pembuahan Bayi Tabung
Menurut dr. Subyanto DSOG dan dr. Muchsin Jaffar DSPK, tim unit infertilitas Melati, RSAB Harapan kita, di Indonesia program bayi tabung dengan menggunakan teknik ICSI sudah mulai dilakukan sejak tahun 1995. Dengan pemakaian teknik tersebut, keberhasilan bayi tabung bisa mencapai 30%-40%.
Sejarah bayi tabung nampaknya tidak akan berhenti sampai di sini. Dunia kedokteran akan terus berusaha mengembangkan berbagai penelitian hingga didapatkan teknik bayi tabung yang bisa memberikan tingkat keberhasilan yang paling memuaskan.
Namun, ini bukan aturan kaku karena semua tergantung kondisi sel telurnya. Proses program bayi tabung tidak singkat. Pasangan harus menunggu kurang lebih 10 bulan hingga dapat dipastikan keberhasilannya.
Berikut beberapa tahapan dalam proses bayi tabung:
1. Seleksi pasien. Pada proses ini, tingkat kesuburan Anda dan suami akan dilihat. Anda pun harus menjalani pemeriksaan untuk memastikan kondisi rahim sehat, bebas dari mioma atau kanker, dan tidak mengidap penyakit menular.
2. Merangsang indung telur. Dalam ovulasi alami dibutuhkan hanya satu sel telur. Dalam proses bayi tabung dibutuhkan banyak sel telur untuk dibuahi oleh sperma sehingga dokter dapat memilih embrio yang paling berkualitas untuk dimasukkan kembali ke rahim sang ibu.
3. Pemantauan pertumbuhan folikel (cairan tempat pertumbuhan sel telur) melalui ultrasonografi untuk melihat kematangan sel telur yang akan diambil.
4. Mematangkan sel telur.
5. Pengambilan sel telur dari tubuh ibu.
6. Pengambilan sel sperma suami melalui mansturbasi. Pemilihan sel sperma berkualitas yaitu sperma yang gesit dan berjalan lurus.
7. Pembuahan yang dibantu oleh dokter di laboratorium.
8. Pengembangan menjadi embrio. Embrio terbaik akan dimasukkan kembali ke dalam rahim ibu.
9. Penguatan dinding rahim agar siap menerima kehadiran janin.
10. Embrio yang tersisa akan dibekukan dan disimpan, dan akan kembali dimasukkan ke dalam rahim ibu jika kehamilan gagal terjadi atau untuk kehamilan selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar